Taman Nasional Gunung Merbabu – Sejarah, Harga Tiket, dan Jam Operasional

Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan taman nasional yang berlokasi di 3 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Boyolali, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Semarang, provinsi Jawa Tengah.

Taman Nasional Gunung Merbabu
Gambar : Taman Nasional Gunung Merbabu (Google Maps/Nawawie)

Sejarah Taman Nasional Gunung Merbabu

Sejarah dimulai dengan penetapan kawasan hutan pada masa Pemerintahan Belanda di area Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Semarang. Kawasan hutan yang berada di Kabupaten Magelang awalnya ditetapkan sebagai kawasan hutan tutupan oleh Pemerintah Belanda melalui proces verbaal grensregeling pada tanggal 27 Agustus 1908. Sebagian kawasan hutan Gunung Merbabu yang berada di Kabupaten Magelang berdasarkan gouverneur besluit ditetapkan sebagai hutan lindung. Adapun kawasan hutan yang berada di Kabupaten Semarang termasuk ke dalam enclave Lelo dan enclave Tekelan yang ditetapkan sebagai hutan lindung melalui proces verbal van grensregeling pada tanggal 19 Mei 1915. Sedangkan untuk kawasan hutan Gunung Merbabu yang berada di wilayah Kabupaten Boyolali ditetapkan sebagai Hutan Larangan Gunung Merbabu melalui proces verbaal grensproject pada tanggal 22 November 1930.

Pada tahun 1959-1963, pengelolaan kawasan hutan berada dibawah naungan Dinas Kehutanan Tk.II yaitu oleh Kepala Daerah Magelang dan Kepala Daerah Surakarta. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1963 pengelolaan hutan diserahkan kepada perusahaan kehutanan negara, sehingga mulai pada tahun 1963-1974 kawasan hutan tersebut mulai dikelola oleh Perusahaan Negara Perhutani. Selanjutnya terjadi perubahan kebijakan pengelolaan hutan sesuai Peraturan Pemerintah bahwa pengelolaan hutan berubah menjadi Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Magelang dan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Surakarta.

Selanjutnya pada tahun 1975-1985, untuk penanaman diarahkan pada perusahaan Pinus (Pinus merkusii) termasuk di KPH Magelang dan KPH Surakarta dengan pertimbangan Pinus merkusii untuk fungsi perlindungan dan mendukung produksi hasil hutan. Mulai periode tersebut masyarakat dilibatkan dalam penanaman dengan sistem tumpangsari dan cemplongan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah pada tahun 1972 atau Keputusan Menteri Pertanian, maka pengelolaan kawasan diserahkan kepada Perum Perhutani yaitu KPH Surakarta dan KPH Magelang. Selain perusahaan Pinus (Pinus merkusii), sebagian hutan lindung seluas 6,5 hektar yang berada di Kabupaten Magelang melalui Keputusan Menteri Pertanian ditetapkan sebagai objek wisata alam, karena memiliki keindahan panorama alam berupa air terjun.

Berdasarkan sejarah penataan kawasan hutan KPH Magelang sesuai Keputusan Direksi pada tanggal 28 Desember 1988 nama KPH Magelang dirubah menjadi KPH Kedu Utara. Kebijakan pemerintah melalui Peraturan Pemerintah merubah pengelolaan kawasan hutan KPH Kedu Utara dan KPH Surakarta menjadi kawasan konservasi tidak termasuk wilayah kerja perusahaan. Hal ini tentunya akan ditindak lanjuti oleh Departemen Kehutanan melalui Direktorat Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA). Pada tahun 2001 Gubernur Jawa Tengah mengusulkan bahwa kawasan hutan di kompleks Gunung Merbabu yaitu kawasan hutan lindung dan Taman Wisata Alam Tuk Songo diusulkan menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.

Status hukum formal kawasan Gunung Merbabu diperkuat melalui penetapan kawasan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan pada tanggal 6 Mei 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Merbabu seluas 5.820,49 hektar di Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah.

Koleksi Di Area Taman Nasional Gunung Merbabu

Flora

Di kawasan taman nasional ini ditumbuhi oleh jenis-jenis tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii ssp. noronhae), bintuni, akasia (Acacia decurrensAcacia virgata), sengon gunung (Albizia lophanta), sowo (Engelhardtia serrata), cemara gunung (Casuarina junghuhniana), pasang (Quercus sp), tanganan, rerumputan dan edelweis jawa.

Bunga Senduro (Edelweiss Jawa)
Gambar : Bunga Senduro (Edelweiss Jawa) (Wikipedia/Imron Fauzi)

Fauna

Terdapat juga beberapa jenis hewan yang tercatat dari kawasan ini di antaranya adalah elang jawa, elang hitam, alap-alap sapi, elang-ular bido, ayam hutan, tekukur, gelatik batu, kijang, landak, musang luwak, monyet ekor-panjang, macan tutul, dan lain-lain.

Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi)
Gambar : Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi) (Wikipedia/Eko Prastyo)

Lokasi Taman Nasional Gunung Merbabu

Harga Tiket Masuk Taman Nasional Gunung Merbabu

Individu

  • Wisatawan Nusantara/Lokal : Rp 5.000/orang (hari kerja)
  • Wisatawan Nusantara/Lokal : Rp 7.500/orang (hari libur)
  • Wisatawan Mancanegara/WNA : Rp 150.000/orang (hari kerja)
  • Wisatawan Mancanegara/WNA : Rp 225.000/orang (hari libur)

Rombongan/Grup

  • Wisatawan Nusantara/Lokal : Rp 3.000/orang (hari kerja)
  • Wisatawan Nusantara/Lokal : Rp 4.500/orang (hari libur)
  • Wisatawan Mancanegara/WNA : Rp 100.000/orang (hari kerja)
  • Wisatawan Mancanegara/WNA : Rp 150.000/orang (hari libur)

*Untuk harga kunjungan Rombongan/Grup minimal 10 orang.
*Untuk info lebih lanjut mengenai informasi wisata TN Gunung Merbabu silahkan klik link berikut : Website TN Gunung Merbabu.
*Untuk booking pendakian bisa kalian akses melalui link berikut : Booking Pendakian.
*Untuk panduan booking bisa kalian akses melalui link berikut : Panduan Booking.

Jam Operasional Taman Nasional Gunung Merbabu

  • Buka : Senin – Minggu
  • Jam : 06.00 – 23.00 WIB

Cara Menuju Taman Nasional Gunung Merbabu

Bagi kalian yang ingin berkunjung, terdapat rute akses untuk menuju ke Taman Nasional Gunung Merbabu.

1. Jalur Selo

Jalur Selo merupakan jalur pendakian utama yang sering digunakan oleh pendaki untuk mencapai puncak Gunung Merbabu. Letaknya berada di Dusun Genting, Desa Tarubatang, Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Jalur selo terkenal karena aksesnya yang mudah dijangkau dan keindahan padang sabana yang menjadi spot favorit untuk berkemah dan menikmati matahari terbit atau terbenam. Pendakian Gunung Merbabu jalur Selo dimulai dari Desa Selo, yang merupakan titik awal menuju puncak Gunung Merbabu. Dari basecamp Selo, pendaki akan melewati beberapa pos dan perjalanan menuju puncak membutuhkan waktu sekitar 7-8 jam. Sepanjang perjalanan, pendaki akan melewati hutan yang lebat dengan berbagai jenis pepohonan seperti pinus dan akasia. Trek pendakian jalur Selo cenderung landai dan tidak terlalu curam, membuatnya cocok untuk pendaki pemula. Meski demikian, pendaki tetap harus mempersiapkan fisik dan perlengkapan mendaki sebaik mungkin.

2. Jalur Cuntel

Jalur Cuntel merupakan jalur pendakian alternatif menuju Gunung Merbabu dan ingin mencoba pengalaman pendakian yang berbeda, jalur Cuntel dapat menjadi pilihan. Jalur ini menawarkan pemandangan yang tidak kalah menarik dan memberikan pengalaman baru bagi pendaki yang mencobanya. Selama perjalanan, pendaki akan melewati pepohonan yang rimbun dengan sebagian jalur terdiri atas bebatuan. Selain itu, terdapat sumber air di sekitar pos 1 yang dapat dimanfaatkan oleh pendaki untuk memenuhi kebutuhan air saat pendakian. Pendakian menuju puncak Kenteng Songo melalui jalur Cuntel dapat ditempuh dengan perjalanan normal sekitar 10 jam. Pendakian dimulai dari basecamp Cuntel yang berada di dusun Cuntel, desa Kopeng, Getasan, Semarang.

3. Jalur Suwanting

Jalur Suwanting merupakan jalur pendakian Gunung Merbabu yang tidak kalah populer dari jalur Selo. Keunikan jalur ini adalah hutan pinus serta pemandangan lembah yang memanjakan mata. Meskipun menawarkan keindahan alam yang menarik, jalur Suwanting memiliki tingkat kesulitan yang cukup sulit, sehingga lebih cocok untuk pendaki berpengalaman. Lokasi basecamp Suwanting terletak di Jalan Suwanting, Suwanting, Banyuroto, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah. Jalur pendakian ini terkenal dengan tingkat kemiringan yang curam dan jalan menanjak yang membuatnya kurang cocok bagi pendaki pemula. Suwanting merupakan jalur pendakian di sisi barat Gunung Merbabu. Pendakian dimulai dari basecamp hingga ke puncak dengan jarak sekitar 6,45 km dan waktu tempuh kurang lebih 11 jam. Sepanjang perjalanan, pendaki akan melewati beberapa pos, seperti pos 1, pos 2, pos 3, sabana 1, sabana 2, sabana 3, puncak Suwanting, puncak triangulasi, dan puncak Kenteng Songo. Dengan karakteristik tersebut, jalur Suwanting menawarkan pengalaman mendaki yang penuh tantangan dan tentunya memberikan pengalaman mendaki Gunung Merbabu yang tak terlupakan.

4. Jalur Thekelan

Jalur Thekelan merupakan jalur pendakian lainnya di Gunung Merbabu. Jalur ini mempunyai puncak pertama bernama Puncak Syarif. Dari basecamp Thekelan, pendaki harus menempuh perjalanan sekitar 8 jam untuk bisa tiba di puncak utama Gunung Merbabu, yaitu puncak Kenteng Songo. Sepanjang perjalanan, pendaki harus melewati beberapa pos termasuk pos pemancar yang berada di puncak Gunung Watu Tulis. Disebut pos pemancar karena terdapat sebuah pemancar radio di puncaknya. Jalur pendakian Thekelan terbilang cukup sulit. Pendaki akan melewati beberapa medan curam dengan banyak pasir dan kerikil kecil. Bahkan terdapat jalur yang dikenal dengan sebutan “Jembatan Setan” karena jalannya yang sangat terjal dengan jurang di sisi kanan dan kirinya. Untuk melewati jalur Thekelan diperlukan persiapan fisik, mental, serta perlengkapan pendakian yang matang agar bisa melewati medan berat.

5. Jalur Wekas

Terakhir adalah Jalur Wekas. Meskipun tidak terkenal seperti Selo dan Suwanting, jalur pendakian Wekas tetap dipilih beberapa pendaki yang ingin mencoba pengalaman baru dan menantang. Pendakian gunung Merbabu jalur Wekas dimulai dari Desa Wekas, yang terletak di lereng barat Gunung Merbabu. Untuk sampai di puncak Kenteng Songo, pendaki membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam yang dimulai dari basecamp pendakian. Jalur pendakian Wekas terkenal karena keindahan alamnya yang masih alami dan jarang dilewati oleh pendaki. Sepanjang perjalanan, pendaki akan melewati hutan dengan berbagai jenis pepohonan dan vegetasi yang menarik. Selain itu, terdapat pula beberapa sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pendakian. Meskipun jalur Wekas menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, perlu diperhatikan bahwa jalur ini memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Treknya terbilang curam dan berliku-liku sehingga dibutuhkan keahlian dan pengalaman mendaki yang memadai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *