Taman Nasional Alas Purwo – Sejarah, Harga Tiket, dan Jam Operasional

Taman Nasional Alas Purwo atau disingkat TN Alas Purwo merupakan sebuah taman nasional yang berlokasi di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Letak taman nasional ini berada di ujung paling timur dari Pulau Jawa.

Taman Nasional Alas Purwo
Gambar : Taman Nasional Alas Purwo (Google Maps/Ruby Vance)

Sejarah Taman Nasional Alas Purwo

Sebelum menjadi taman nasional, dulunya kawasan ini berstatus sebagai Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang diterbitkan pada tanggal 01 September 1939 dengan luas areal 62.000 hektar. Kemudian, diubah menjadi Taman Nasional Alas Purwo pada tanggal 26 Februari 1992 dengan luas 43.420 hektar dan pada tanggal 6 Mei 2014 ditetapkan dengan luas lahan 44.037,30 hektar melalui keputusan Menteri Kehutanan. Dalam pengelolaannya, taman nasional ini dikelola menggunakan sistem zonasi yang terdiri dari Zona Inti (12.354,78 hektar), Zona Rimba (29.946,18 hektar), Zona Rehabilitasi (447,91 hektar), Zona Tradisional (481,31 hektar), Zona Pemanfaatan (796,07 hektar), Zona Khusus (1,15 hektar) dan Zona Religi, Budaya dan Sejarah (9,90 hektar).

Secara umum jenis hutan di kawasan taman nasional ini merupakan hutan hujan dataran rendah. Hutan bambu salah satu yang paling dominan, ± 40 % dari total luas hutan yang ada. Saat ini telah tercatat sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana, dan pohon. Berdasarkan tipe ekosistemnya, hutan di taman nasional ini dapat di kelompokkan menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau/mangrove, hutan tanaman, hutan alam, dan padang penggembalaan (Feeding Ground).

Koleksi Di Area Taman Nasional Alas Purwo

Flora

Saat ini diketahui lebih dari 700 jenis tumbuhan mulai dari tingkat tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat pohon dari berbagai jenis/bentuk vegetasi, contohnya Sawo Kecik (Manilkara kauki) dan Sadeng (Livistoma rotundifolia).

Tumbuhan Manilkara Kauki
Gambar : Tumbuhan Manilkara Kauki (Wikipedia/Coenobita)

Fauna

Di taman nasional ini terdapat jenis-jenis fauna daratan, baik kelas Mamalia, Aves maupun Herpetofauna (reptil dan amfibi). Saat ini teridentifikasi 45 jenis Mamalia, diantaranya yang sering dijumpai adalah Banteng (Bos javanicus), Rusa Timor (Rusa timorensis), Ajag (Cuon alpinus), Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas), Lutung Budeng (Tracypithecus auratus) dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Untuk Aves teridentifikasi lebih dari 250 jenis burung. Beberapa jenis burung yang sering dijumpai diantaranya adalah Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Ayam Hutan Hijau (Galus varius), Ayam Hutan Merah (Gallus gallus), Kuntul Kecil (Egreta garzeta), Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus), Dara Laut Jambul (Sterna bergii) dan Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris). Sedangkan untuk Herpetofauna terdiri dari kelas amfibi dan reptil. Saat ini telah teridentifikasi 70 jenis yang terdiri dari 17 jenis amfibi dan 53 jenis reptil. Diantara jenis yang ditemukan terdapat 7 jenis reptil yang dilindungi yaitu Penyu Lekang/Abu-Abu (Lepidochelys olivacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Biawak Abu-Abu (Varanus nebulosus), Ular Sanca Bodo (Python bivittatus) dan Buaya Muara (Crocodylus porosus).

Sekumpulan Rusa Timorensis
Gambar : Sekumpulan Rusa Timorensis (Wikipedia/Candra Firmansyah)

Misteri

Menurut beberapa sumber mengatakan Alas Purwo merupakan hutan tertua yang ada di Pulau Jawa. Hutan ini memiliki aura yang cukup mistis dan terbilang angker. Kisah mistis pun lahir di hutan ini yang diantaranya :

1. Tempat Para Raja Bersemedi/Petilasan

Terdapat banyak gua di Alas Purwo. Salah satu gua tersebut dipercaya dijaga oleh jin di pintu masuknya. Gua ini kerap kali digunakan sebagai tempat bersemedi bagi para raja pada masa lalu maupun masyarakat lokal saat ini pada hari-hari tertentu saja, seperti tanggal 1 suro, bulan purnama, dan bulan mati. Tidak hanya itu, gua yang dipercaya memiliki daya magis ini juga sering digunakan sebagai tempat pertemuan para raja untuk saling bertukar pikiran.

2. Hilang Di Hutan dan Tidak Bisa Kembali

Hutan yang terletak diantara Kecamatan Tegaldimo dan Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, ini dikenal sebagai pusat kerajaan jin. Masyarakat lokal percaya di dalam hutan ini terdapat banyak sekali makhluk gaib. Seseorang yang memiliki kemampuan khusus (Indigo) bisa melihat makhluk tak kasat mata, biasanya akan menyaksikan kondisi Alas Purwo yang padat dan ramai, padahal sejatinya tidak ada apa-apa disana. Konon, manusia yang mencoba masuk ke Alas Purwo tidak akan bisa keluar lagi. Mereka akan tersesat di dalam hutan yang pohonnya sangat lebat dan rapat. Ada pula yang mengatakan hilangnya manusia di Alas Purwo dikarenakan penghuni di dalamnya tidak membiarkan manusia bisa bebas setelah melihat “rumah/tempat tinggal” mereka. Jika akhirnya manusia bisa keluar dari Alas Purwo, konon seumur hidupnya akan ditimpa kesialan.

3. Tempat Pesugihan

Dahulu kala, Alas Purwo memang dikenal sebagai tempat bertapa para raja untuk mendapatkan ilmu. Namun, terkadang Alas Purwo justru digunakan oleh manusia yang tidak bertanggung jawab sebagai tempat pesugihan, mencari kekayaan, kenaikan pangkat/jabatan dll. Makhluk halus penghuni Alas Purwo memiliki berbagai jenis dan bentuk yang tak lazim/aneh. Beberapa di antara makhluk-makhluk tersebut merupakan anak dari hasil perkawinan antara manusia dan jin sebagai bentuk tumbal.

4. Terdapat Keris Peninggalan Majapahit

Meski terkenal angker dan membahayakan nyawa, banyak orang yang rela datang ke Alas Purwo dengan tujuan masing-masing. Kebanyakan dari mereka bermaksud untuk meminta kekayaan atau kenaikan pangkat. Bahkan, ada yang rela bersemedi hingga berhari-hari demi mendapat wangsit. Selain itu, ada juga masyarakat yang datang ke Alas Purwo untuk mencari keris. Konon katanya, jika mereka menemukan keris yang dimaksud, maka orang tersebut akan beruntung dan segala keinginannya akan terkabul. Dari cerita yang beredar, di dalam Alas Purwo masih tersimpan Keris Pusaka Sumelang Gandring peninggalan Kerajaan Majapahit. Namun, sampai saat ini, tak ada yang tahu keberadaan keris tersebut.

Lokasi Taman Nasional Alas Purwo

Harga Tiket Masuk Taman Nasional Alas Purwo

  • Wisatawan Nusantara/Lokal : Rp 15.000/orang (hari kerja)
  • Wisatawan Nusantara/Lokal : Rp 17.500/orang (hari libur)
  • Wisatawan Mancanegara/WNA : Rp 160.000/orang (hari kerja)
  • Wisatawan Mancanegara/WNA : Rp 235.000/orang (hari libur)

Biaya Parkir

  • Mobil : Rp 10.000/unit
  • Motor : Rp 5.000/unit

*Harga tersebut sudah termasuk (tiket masuk kawasan dan pengamatan kehidupan liar).
*Pembayaran bisa dilakukan secara uang tunai (Cash) atau non tunai/cashless (QRIS dan E-Money).
*Pengunjung dapat melakukan booking tiket masuk secara online melalui link berikut : TN Alas Purwo.
*Untuk info lebih lanjut mengenai informasi wisata TN Alas Purwo silahkan klik link berikut : Website TN Alas Purwo.
*Harap patuhi aturan yang berlaku selama berkunjung dengan tidak membuang sampah secara sembarangan, mengambil sesuatu dari lokasi wisata, merusak, menjaga lisan, hingga mengotori lingkungan sekitar.

Jam Operasional Taman Nasional Alas Purwo

  • Buka : Senin – Minggu
  • Jam : 00.00 – 23.00 WIB (24 Jam)

Cara Menuju Taman Nasional Alas Purwo

Kawasan TN Alas Purwo dapat ditempuh dari beberapa kota besar seperti dari Banyuwangi dan Jember. Sedangkan khusus ke Plengkung dapat ditempuh lewat darat maupun lewat laut dari Grajagan dan Bali. Terdapat 3 alternatif jalur menuju Taman Nasional Alas Purwo yaitu :

Peta Menuju Taman Nasional Alas Purwo
Gambar : Peta Menuju Taman Nasional Alas Purwo (Website Resmi TN Alas Purwo)

1. Pintu Rowobendo

Jalur Pantai Utara yang melewati Kabupaten Situbondo hingga memasuki Kota Banyuwangi berlanjut menuju Kalipait terus menuju ke selatan memasuki Hutan Produksi hingga ke pintu gerbang Rowobendo. Untuk para pengunjung yang menggunakan angkutan umum setelah sampai di Terminal Ketapang dilanjutkan dengan naik mikrolet/Lyn menuju Terminal Karangente, lalu lanjut dengan naik Bus Mini dengan tujuan Kalipait. Dari Kalipait untuk menuju Rowobendo dilanjutkan dengan menggunakan Ojeg.

2. Pintu Bedul

Jalur dari arah Kabupaten Jember melalui Gunung Gumitir sampai pertigaan Benculuk lalu belok kanan menuju arah Purwoharjo. Dari Purwoharjo selanjutnya mengikuti arah petunjuk menuju Wisata Mangrove Bedul. Untuk yang menggunakan angkutan umum dapat menggunakan Bus dari Jember, sampai pertigaan Benculuk berganti dengan angkutan umum yang ada di Benculuk dengan tujuan Purwoharjo selanjutnya menggunakan Ojeg menuju Wisata Mangrove Bedul.

3. Pintu Plengkung

Langsung dari Bali melalui jalur perairan/laut menggunakan Speed Boot menuju Pantai Plengkung. Perjalanan dari Bali menggunakan Speed Boot milik Pengusaha pariwisata alam yang ada di Plengkung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *