Museum Sumpah Pemuda – Sejarah, Harga Tiket, dan Jam Operasional

Museum Sumpah Pemuda merupakan museum yang berisikan tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang berlokasi di Jl. Kramat 106, Jakarta Pusat dekat dengan Museum Joang 45. Museum ini memiliki koleksi-koleksi foto dan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah Sumpah Pemuda 1928, serta kegiatan-kegiatan dalam pergerakan nasional kepemudaan Indonesia.

Gedung Museum Sumpah Pemuda
Gambar : Gedung Museum Sumpah Pemuda (Wikimedia/Naid Ndeso)

Sejarah Museum Sumpah Pemuda

Dulunya museum yang berlokasi di Jl. Kramat 106 ini merupakan sebuah kos-kosan atau rumah singgah bagi para pelajar atau mahasiswa yang dimiliki oleh Sie Kong Lian. Beberapa tokoh pergerakan Indonesia yang pernah tinggal di dalam gedung ini, diantaranya :

  • Muhammad Yamin
  • Aboe Hanifah
  • Amir Sjarifuddin
  • Soegondo Djojopoespito
  • Setiawan
  • Soejadi
  • Mangaradja Pintor
  • A.K. Gani
  • Mohammad Tamzil
  • Assaat dt Moeda

Pada tahun 1925, bangunan yang berlokasi di Jl. Kramat 106 ini menjadi tempat tinggal bagi para pelajar atau mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Jong Java. Rata-rata pelajar atau mahasiswa tersebut berasal dari Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias Stoviadan dari sekolah tinggi hukum RHS. Untuk menunjang kegiatan organisasi, para anggota Jong Java pun akhirnya menyewa bangunan baru, dikarenakan kontrakan sebelumnya di Kwitang terlalu sempit. Anggota Jong Java dan mahasiswa lainnya menyebut gedung ini sebagai Langen Siswo.

Sejak tahun 1926, penghuni bangunan ini makin beragam. Kebanyakan dari mereka merupakan seorang aktivis pemuda dari daerahnya masing-masing. Kegiatan penghuni bangunan itu juga makin beragam. Selain kesenian, mahasiswa di gedung ini juga aktif dalam kepanduan dan olahraga. Bangunan ini juga menjadi markas Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), yang berdiri pada bulan September 1926, setelah kongres pemuda pertama.

Dengan adanya organisasi tersebut, Pemerintah Hindia Belanda selalu mengawasi dengan ketat kegiatan rapat pemuda. Pemerintah Hindia Belanda mengakui hak penduduk di atas 18 tahun untuk mengadakan perkumpulan dan rapat. Akan tetapi, mereka bisa saja sewaktu-waktu memberlakukan vergader-verbod atau larangan mengadakan rapat karena dianggap menentang pemerintah. Setiap mengadakan rapat harus mendapat izin terlebih dahulu dari kepolisian setempat. Setelah itu, rapat akan dilakukan dalam pengawasan penuh Politieke Inlichtingen Dienst (PID), seperti dinas intelijen politik.

Bangunan ini juga sering muncul di majalah Indonesia Raya, yang dikelola oleh PPPI. Karena sering digunakan untuk kegiatan pemuda yang sifatnya nasional, para penghuni akhirnya menamakan gedung ini sebagai Indonesische Clubhuis yaitu tempat resmi pertemuan pemuda nasional. Pada tahun 1934, kegiatan pemuda yang tadinya berada di Jl. Kramat 106 akhirnya pindah ke Jl. Kramat 156, dikarenakan mereka tidak lagi melanjutkan masa sewa bangunannya. Bangunan yang berada di Jl. Kramat 106 itu akhirnya disewakan kepada Pang Tjem Jam sebagai tempat tinggal pada tahun 1937-1951 dan sempat disewa lagi oleh Loh Jing Tjoe, sebagai toko bunga dan hotel. Pada tahun 1951-1970, Bangunan yang berada di Jl. Kramat 106 disewakan ke Inspektorat Bea dan Cukai sebagai perkantoran.

Pada tahun 1968, Sunario berinisiatif mengumpulkan para pelaku sejarah Sumpah Pemuda, dan meminta kepada Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin untuk mengelola dan mengembalikan bangunan yang berada di Jl. Kramat 106 yang “hak guna bangunannya” dipegang oleh Sie Kong Lian yang telah habis masa berlakunya ke bentuknya seperti semula. Akhirnya bangunan ini disepakati menjadi Gedung Sumpah Pemuda, akan tetapi usulan mengganti nama Jl. Kramat Raya menjadi Jl. Sumpah Pemuda belum tercapai saat itu.

Bangunan yang berlokasi di Jl. Kramat 106 ini, dijadikan cagar budaya nasional oleh Pemda DKI Jakarta pada tanggal 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tanggal 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Bangunan ini sempat diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Mei 1974. Saat ini, Gedung Sumpah Pemuda dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Koleksi Museum Sumpah Pemuda

Museum ini memiliki berbagai koleksi yang berhubungan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Pada tahun 2007, keseluruhan koleksi berjumlah 2.867 koleksi, yang di mana koleksi utamanya merupakan bangunan di Jl. Kramat 106 tempat direncanakan dan dilaksanakannya Kongres Pemuda Kedua, pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Koleksi dari museum ini antara lain : foto kegiatan organisasi pemuda, bendera organisasi, stempel, biola Wage Rudolf Supratman, patung tokoh pemuda, jaket angkatan 1966, lukisan, vespa, diorama, hingga beberapa dokumen/naskah.

Diorama Putusan Kongres Pemuda Indonesia
Gambar : Diorama Putusan Kongres Pemuda Indonesia (Google Maps/Deedee Chantique)
Kutipan Sie Kong Lian
Gambar : Kutipan Sie Kong Lian (Google Maps/Mohamad Roghibi)

Lokasi Museum Sumpah Pemuda

Harga Tiket Museum Sumpah Pemuda

Individu/Perorangan

  • Dewasa : Rp 2000
  • Anak-anak : Rp 1000
  • Pengunjung Asing/WNA : Rp 10.000

Rombongan/Grup

  • Dewasa : Rp 1000
  • Anak-anak : Rp 500

*Khusus pengunjung yang datang dalam bentuk rombongan/grup minimal 10 orang.

Jam Operasional Museum Sumpah Pemuda

  • Buka : Selasa – Minggu
  • Tutup : Senin/Libur Nasional
  • Jam : 08.00 – 16.00 WIB

Cara Menuju Museum Sumpah Pemuda

KRL Commuter Line

Pengunjung bisa turun di Stasiun Cikini / Gondangdia / Pasar Senen / Gang Sentiong / Kramat. Dilanjutkan dengan Ojek Online menuju museum yang dituju.

Transjakarta

  • Bus Transjakarta Koridor 5 (Kampung Melayu – Ancol) berhenti di Halte Transjakarta Pal Putih.
  • Bus Transjakarta Koridor 5C (Harmoni Sentral – PGC 1) berhenti di Halte Transjakarta Pal Putih.
  • Bus Transjakarta Koridor 5D (PGC 1 – Ancol) berhenti di Halte Transjakarta Pal Putih.
  • Bus Transjakarta Koridor 5E (Kampung Rambutan – Ancol) berhenti di Halte Transjakarta Pal Putih. 
  • Bus Transjakarta Koridor 1R (Senen – Tanah Abang) berhenti di Halte Transjakarta STIE YAI Senen.
  • Bus Transjakarta Koridor B22 (Bekasi Timur – Pasar Baru) berhenti di Halte Transjakarta Pal Putih.

One thought on “Museum Sumpah Pemuda – Sejarah, Harga Tiket, dan Jam Operasional

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *