Museum Kebangkitan Nasional – Sejarah, Harga Tiket, dan Jam Operasional

Museum Kebangkitan Nasional merupakan sebuah museum yang dimana berkembangnya kesadaran bangsa dan ditemukannya sebuah lembaga modern untuk pertama kalinya dengan nama Boedi Oetomo. Bangunan ini awalnya merupakan sekolah kedokteran yang didirikan oleh orang Belanda dengan nama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen yang disingkat STOVIA atau Sekolah Dokter Bumiputra. Waktu terus berlalu, bangunan tersebut akhirnya beralih fungsi menjadi museum. Lokasi museum tidak begitu jauh dari RSPAD Gatot Subroto dan Monumen Nasional, Jakarta Pusat.

Gedung Museum Kebangkitan Nasional
Gambar : Gedung Museum Kebangkitan Nasional (KCIC)

Sejarah Museum Kebangkitan Nasional

Pada tahun 1851, dibangunlah Sekolah Dokter Jawa yang masih berkembang saat itu yang berlokasi di Rumah Sakit Militer Weltevreeden (saat ini Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto). Seluruh staf pengajar sekolah tersebut berasal dari dokter rumah sakit yang sama. Kemudian pada tanggal 1 Maret 1902, H.F. Rool (Pendiri STOVIA) berinisiatif memindahkan sekolah dan aktivitas belajar mengajar ke samping rumah sakit militer. Dikarenakan perkembangan yang sangat pesat, STOVIA akhirnya pindah dari daerah Senen (Kwini) menuju ke Salemba yang saat ini bangunan tersebut menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Saat Jepang tiba di Indonesia pada tahun 1942-1954, bangunan tersebut mulai difungsikan sebagai tahanan pasukan Belanda yang melawan pasukan Jepang. Setelah masa kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1973, bangunan tersebut mulai ditempati oleh keluarga tentara Belanda dan orang Ambon.

Dikarenakan nilai akan sejarahnya yang sangat tinggi dan berkaitan dengan kelahiran Boedi Oetomo, maka pada tahun 1948 ditetapkanlah sebagai hari Kebangkitan Nasional. Selain itu, bangunan ini merupakan tempat lahirnya lembaga pergerakan kebangsaan dan beberapa tokoh pergerakan yang pernah menuntut ilmu seperti Ki Hadjar DewantaraTjipto Mangoenkoesoemo, dan R. Soetomo. Pada tahun 1973, bangunan tersebut mulai dipugar dan diresmikan pada tanggal 20 Mei 1974 oleh presiden Soeharto menjadi Gedung Kebangkitan Nasional. Di area bangunan yang berbentuk segi empat tersebut, dibuatlah 4 museum yaitu Museum Budi Utomo, Museum Wanita, Museum Pers dan Museum Kesehatan. Pada tanggal 7 Februari 1984 Gedung Kebangkitan Nasional berganti nama menjadi Museum Kebangkitan Nasional.

Koleksi Museum Kebangkitan Nasional

Museum ini mempunyai 2.042 koleksi yang diantaranya berupa bangunan, mebel, jam dinding, gantungan lonceng, perlengkapan kesehatan, pakaian, senjata, foto, lukisan, patung, diorama, peta/maket/sketsa, dan miniatur. Seluruh koleksi tersebut dipamerkan di beberapa ruangan terpisah antara lain : ruang awal pergerakan, ruang kesadaran nasional, ruang pergerakan, dan ruang memorial Boedi Oetomo. Di dalam museum terdapat juga ruang kelas, laboratorium, asrama, tempat olahraga, kantin, dapur, aula dan ruangan perpustakaan.

Alat Bantu Pernapasan
Gambar : Alat Bantu Pernapasan (Google Maps/Juan Sebastian)
Alat Pembuat Tablet
Gambar : Alat Pembuat Tablet (Google Maps/Siendy Apridiani)
Patung Pelajar STOVIA
Gambar : Patung Pelajar STOVIA (Google Maps/Desi Oktavianika)
Lambang Boedi Oetomo
Gambar : Lambang Boedi Oetomo (Google Maps/C. JKT)

Lokasi Museum Kebangkitan Nasional

Harga Tiket Museum Kebangkitan Nasional

Individu/Perorangan

  • Dewasa : Rp 2.000
  • Anak-anak : Rp 1.000
  • WNA/Turis : Rp 10.000

Rombongan/Grup

  • Dewasa : Rp 1.000
  • Anak-anak : Rp 500

*Untuk rombongan/grup diharuskan beranggotakan minimal 20 orang.
*Pembelian tiket bisa dilakukan secara online melalui website muskitnas.net atau secara langsung di museum.

Jam Operasional Museum Kebangkitan Nasional

  • Buka : Selasa – Minggu
  • Tutup : Senin/Hari Libur Nasional
  • Jam : 08.00 – 16.00 WIB

Cara Menuju Museum Kebangkitan Nasional

KRL Commuter Line

  • Dari arah Bekasi harus transit di Stasiun Jatinegara lalu naik tujuan Stasiun Jakarta Kota dan turun di Stasiun Pasar Senen. Setelah itu naik bus Transjakarta koriodor 2P (Senen-Gondangdia) dan turun di Halte Transjakarta Museum Kebangkitan.
  • Dari arah Bogor dan Depok bisa langsung naik kereta tujuan akhir Stasiun Jakarta Kota dan turun di Stasiun Gambir. Setelah itu naik bus Transjakarta koriodor 2 (Monas-Pulogadung) dan turun di Halte Transjakarta Kwitang. Dari Halte Transjakarta Kwitang berjalan kaki sekitar 350 meter menuju museum yang dituju.
  • Dari arah Tangerang maka harus transit di Stasiun Duri lalu naik kereta tujuan Stasiun Manggarai. Dari Stasiun Manggarai naik kereta tujuan Stasiun Jakarta Kota dan turun di Stasiun Gambir. Setelah itu naik bus Transjakarta koridor 2 (Monas-Pulogadung) dan turun di Halte Transjakarta Kwitang. Dari Halte Transjakarta Kwitang berjalan kaki sekitar 350 meter menuju museum yang dituju.

MRT (Mass Rapid Transit)

Naik dari stasiun MRT mana saja lalu turun di Halte Bundaran HI. Dari sana jalan menuju ke arah Halte Transjakarta Bundaran HI. Dari Halte Bundaran HI sambung dengan Transjakarta koridor 1 (Blok M-Kota) lalu turun di Halte Transjakarta Monas. Selanjutnya naik bus Transjakarta koridor 2 (Monas-Pulogadung) dan turun di Halte Transjakarta Kwitang. Dari Halte Transjakarta Kwitang berjalan kaki sekitar 350 meter menuju museum yang dituju.

Transjakarta

Untuk menuju museum, kalian bisa naik bus Transjakarta dengan koridor sebagai berikut :

  • Koridor 1 (Blok M-Kota) : turun di Halte Transjakarta Monas
  • Koridor 3 (Kalideres-Monas via Veteran) : turun di Halte Transjakarta Monas
  • Koridor 1A (Pantai Maju-Balai Kota) : turun di Halte Transjakarta Monas
  • Koridor 5C (PGC-Monas) : turun di Halte Transjakarta Monas

Setelah itu, kalian bisa melanjutkan perjalanan dengan menaiki bus Transjakarta koridor 2 (Monas-Pulogadung) dan turun di Halte Transjakarta Kwitang. Dari Halte Transjakarta Kwitang berjalan kaki sekitar 350 meter menuju museum yang dituju.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *