Candi Borobudur – Sejarah, Harga Tiket, dan Jam Operasional

Candi Borobudur atau Candhi Båråbudhur merupakan sebuah Candi yang berlokasi di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi dengan banyak stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada tahun 800-an masehi pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Borobudur merupakan Candi atau Kuil dan termasuk monumen Buddha terbesar yang ada di dunia.

Candi Borobudur
Gambar : Candi Borobudur (Facebook/Park Borobudur Indonesia)

Sejarah Candi Borobudur

Borobudur dibangun sekitar tahun 800 M oleh pemerintahan Wangsa Syailendra. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 hingga 100 tahun lebih dan dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825 M. Terdapat informasi yang tumpang tindih mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa pada saat itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana, akan tetapi melalui temuan Prasasti Sojomerto ditemukan bahwa Wangsa Sailendra mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada saat itulah dibangun berbagai macam Candi baik dengan style Hindu maupun Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja Sanjaya memberi perintah untuk membangun sebuah bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan Candi di dataran Prambanan, meskipun Candi Borobudur diperkirakan sudah selesai dibangun sekitar 825 M, 25 tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan Candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M. Selama berabad-abad puluhan tahun Borobudur akhirnya terlantar dan terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur pada saat itu benar-benar menyerupai bukit. Untuk alasan penyebab Borobudur ditinggalkan pada saat itu masih belum diketahui hingga sekarang. Akan tetapi, menurut pendapat Soekmono pada tahun 1976 bahwa Candi Borobudur mulai ditinggalkan oleh penduduk sekitar dikarenakan beralih keyakinan kepada Islam pada abad ke-15.

Candi Borobudur
Gambar : Pemandangan Candi Borobudur (Pinterest)

Pada tahun 1811 hingga 1816, setelah perang antara pasukan Inggris dengan Belanda dalam memperebutkan pulau Jawa. Thomas Stamford Raffles yang ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal saat itu, mulai tertarik dengan sejarah Jawa. Thomas Stamford Raffles mulai mengumpulkan berbagai macam artefak antik kesenian Jawa kuno dan membuat sebuah catatan mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari pertemuannya dengan warga setempat dalam perjalanannya mengelilingi pulau Jawa. Pada saat perjalanannya di Semarang tahun 1814, dia diberitahu oleh warga sekitar mengenai adanya sebuah bangunan yang besar dan berada jauh di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Karena Thomas Stamford Raffles berhalangan untuk pergi mencari bangunan tersebut, pada akhirnya dia memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur asal Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar tersebut. Dalam waktu 2 bulan, H.C. Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena takut adanya longsor, penggalian bangunan tersebut akhirnya dihentikan untuk sementara dan H.C. Cornelius langsung melaporkan penemuannya kepada Thomas Stamford Raffles sekaligus menyerahkan berbagai macam gambar sketsa Candi Borobudur. Pada tahun 1835, Hartmann yang seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda meneruskan kerja sama dengan H.C. Cornelius untuk melanjutkan penggalian bangunan tersebut dan pada akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali dan mulai terlihat. Pada tahun 1859, pemerintah Hindia Belanda memerintahkan seorang insinyur pejabat Belanda di bidang teknik yang bernama Frans Carel Wilsen dan J.F.G. Brumund untuk mempelajari bangunan dan menggambar ratusan sketsa berbentuk relief. Pemerintah Hindia Belanda berencana mempublish artikel berdasarkan penelitian J.F.G. Brumund yang dilengkapi sketsa relief karya Frans Carel Wilsen, akan tetapi J.F.G. Brumund tidak mau untuk bekerja sama. Pada akhirnya pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk menugaskan ilmuwan lain yang bernama C. Leemans, untuk menyusun ulang monografi (karya tulis ilmiah) berdasarkan penelitian dari J.F.G. Brumund dan Frans Carel Wilsen.

Mungkin dari kalian penasaran, kenapa kepala Arca Buddha yang terletak di stupa sebagian menghilang atau terpenggal ? Jawabannya pada saat itu Candi Borobudur telah menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi para pencuri, penjarah, dan pemburu artefak. Untuk mengantisipasi terjadinya pencurian, pada tahun 1882, kepala inspektur artefak budaya memberikan sebuah saran agar Candi Borobudur dibongkar sepenuhnya dan reliefnya dipindahkankan ke museum akibat kondisi yang sudah rusak, dan menghindari maraknya pencurian candi tersebut. Akhirnya pemerintah Hindia Belanda menunjuk Groenveldt, dia merupakan arkeolog yang ditugaskan untuk menggelar penyelidikan menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi candi saat itu. Dalam laporannya, dia menyimpulkan bahwa ada rasa kekhawatiran yang berlebihan dan menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak perlu dibongkar.

Arca Dalam Stupa
Gambar : Arca Dalam Stupa (Unsplash/Mario La Pergola)

Setelah melewati masa pemugaran besar-besaran pada tahun 1973 yang didukung oleh UNESCO, Borobudur akhirnya kembali menjadi pusat keagamaan dan ziarah agama Buddha. Dalam setahun sekali pada saat bulan purnama sekitar bulan Mei atau Juni, umat Buddha di Indonesia memperingati hari suci Waisak, sebuah hari suci yang memperingati kelahiran, wafat, dan termasuk peristiwa mengenai pencerahan Siddhartha Gautama untuk mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi menjadi Buddha Shakyamuni. Candi Borobudur merupakan salah satu objek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi jika berkunjung ke Magelang, Jawa Tengah.

Koleksi Di Area Candi Borobudur

Stupa
Gambar : Stupa (Unsplash/Hongbin)

Terdapat sebuah relief yang mempunyai makna tersendiri berwujud manusia seperti pertapa, raja dan wanita bangsawan, bidadari atapun makhluk yang mencapai derajat kesucian laksana dewa yang secara kesuluruhan terdapat 2.672 panel. Juga terdapat Arca Buddha sebanyak 504 objek dan stupa dengan total keseluruhan 73 objek. Di sekitar lingkungan Borobudur, terdapat 2 objek candi, yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon yang ditemukan pada awal abad ke-20.

Lokasi Candi Borobudur

Harga Tiket Masuk Candi Borobudur

Individu/Perorangan

Tiket Pelataran

  • Dewasa (Diatas 10 Tahun) : Rp 50.000
  • Anak-anak/Pelajar (3-10 Tahun) : Rp 25.000
  • WNA Dewasa (Diatas 10 Tahun) : Rp 375.000
  • WNA Anak-anak (3-10 Tahun) : Rp 225.000

Tiket Naik Candi

  • Dewasa (Diatas 10 Tahun) : Rp 120.000
  • Anak-anak/Pelajar (3-10 Tahun) : Rp 75.000
  • WNA Dewasa (Diatas 10 Tahun) : Rp 455.000
  • WNA Anak-anak (3-10 Tahun) : Rp 305.000

Rombongan/Grup

  • Pelajar/Mahasiswa : Rp 25.000

*Tiket Rombongan/Grup minimal 20 orang dan dengan syarat ada surat pengantar dari sekolah atau universitas.

*Kuota untuk naik candi terbatas yakni 1.200 orang setiap harinya. Khusus hari senin, kunjungan wisatawan hanya sampai pelatarannya saja.

Pengunjung bisa membeli tiket Candi Borobudur secara langsung di loket pada bagian depan kawasan wisata atau secara online melaui website resmi Borobudur Park. Pengunjung juga bisa membeli tiket melalui website Tiket.com atau Traveloka.com.

Jam Operasional Candi Borobudur

  • Buka : Senin – Minggu
  • Jam : 06.30 – 16.30 WIB

Cara Menuju Candi Borobudur

Transportasi Umum

  • Dari Terminal Jombor, naik bus jurusan ke Borobudur.
  • Jika berada di tengah kota, naik bus Trans Jogja jurusan terminal Jombor, lalu naik bus jurusan ke Borobudur.
  • Jika berada di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), naik bus Damri jurusan Bandara – Borobudur.
  • Jika berada di Bandara Adisutjipto, naik bus Damri jurusan Bandara Adisutjipto – Magelang, dan turun di Pertigaan Palbapang lalu dijemput shuttle bus ke Borobudur.
  • Jika berada di Stasiun Tugu Yogyakarta, naik bus Damri jurusan Stasiun Yogyakarta – Magelang, dan turun di Pertigaan Palbapang lalu dijemput shuttle bus ke Borobudur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *